“Sejatinya
rasa suka tidak perlu diumbar,ditulis apalagi kau pamerkan. Semakin sering kau
mengatakannya,jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita
mengatakannya hanya untuk menyugesti ,bertanya pada diri sendiri,apa memang
sesuka itu... ”
““Kalian
tahu, cinta sejati laksana sungai besar. Mengalir terus ke hilir tidak pernah
berhenti, semakin lama semakin besar sungainya, karena semakin lama semakin
banyak anak sungai perasaan yang bertemu.Cinta sejati adalah perjalanan.Cinta
sejati tidak pernah memiliki ujung,tujuan,apalagi hanya sekedar muara.
Air di
laut akan menguap,menjadi hujan turun di gunung-gunung tinggi,kembali menjadi
ribuan anak sungai perasaan , lantas menyatu menjadi Kapuas. Itu siklus tak
pernah berhenti ,begitu pula cinta.
Nah,siklus
sungai Kapuas ini jauh lebih abadi dibanding cinta gombal manusia. Beribu tahun
tetap ada disini,meski airnya semakin keruh. Sedangkan cinta gombal kita?
Jangan bilang kematian ,bahkan jarak dan waktu sudah bisa memutusnya . ”
“Kau
tahu jumlah penduduk bumi saat ini? Tujuh miliar, Borno. Lantas, coba kau
bayangkan, setiap hari ada berapa orang yang jatuh cinta dan patah hati?
Menurut orang tua ini, setidaknya setiap detik ada tiga orang yang jatuh cinta,
tiga orang pula yang patah hati. Dengan demikian, satu jam berarti ada sepuluh
ribu, satu hari berarti dua ratus ribu pasangan yang jatuh cinta dan patah
hati. Bukan main, Borno. Karena kau bisa jatuh hati serta patah hati
berkali-kali, tidak macam mati atau lahir yang cuma sekali seumur hidup,
jangan-jangan angkanya lebih banyak lagi. Jangan-jangan setiap hari ada
seperempat juta manusia yang jatuh cinta sekaligus patah hati. Kaubayangkan,
banyak sekali. Ramai sudah langit-langit bumi dengan kalimat ‘aku cinta kau’
atau ‘aku sayang kau’ atau sebaliknya ‘cukup sampai di sini, kita berpisah’.
Seperti empat juta manusia setiap hari, Borno. Bayangkan.”
“Kau
bolak-balik saja sedikit hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi
sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi
penerimaan. Seketika, wajah kau tak kusut lagi. Dijamin berhasil.”
“Kalian
tahu, cinta itu beda-beda tipis dengan musik yang indah. Ya, cinta itu macam
musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun
musiknya telah lama berhenti.” “Walaupun musik usai, hatimu ‘kan slalu menari”
“Kau tahu,
Andi, dari begitu banyak kalimat bijak tentang cinta yang kau catat
berbulan-bulan ini, untuk orang seperti kau, cukup camkan saja kalimat yang
satu ini, sisanya lupakan. Camkan cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian,
ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, Andi.
Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.”
“Kau tahu,
Borno, untuk orang setua kami, boleh jadi pertemuan tadi adalah pertemuan
terakhir . Besok lusa, yang terdengar kabar adalah kepergian untuk selamanya.”
“Cinta
sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau
apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung
cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta
berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika
berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang
menakjubkan.”
“Nah,
akhirnya kau bertanya, Borno. Banyak orang yang kadang lupa bertanya muasal
uang kalau dia terlanjur menikmatinya. Anak lupa bertanya kepada bapak, istri
lupa bertanya kepada suami. Tenang, Borno, semua halal. Kau jangan meremehkan
orang tua ini. Mentang-mentang rumahnya kayu, bajunya lusuh, berarti dia miskin
papa. Enak saja. Anggap saja orang tua ini pandai menabung saat masih muda.
Jadi masa tuanya tidak perlu bergantung pada siapapun, apalagi sampai terlantar
dan terhina.”
“Kau lupa,
Borno. Kalau hati kau sedang banyak pikiran, gelisah, kau selalu punya teman
dekat. Mereka bisa jadi penghiburan, bukan malah sebaliknya kau abaikan. Nah,
itulah tips terhebatnya. Habiskan masa-masa sulit kau dengan teman terbaik,
maka semua akan terasa lebih ringan.”
“Camkan
ini, anakku. Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani,
jangan pernah merusak diri sendiri. Orang tua ini tahu persis. Boleh jadi
ketika seseorang yang kita sayangi pergi, maka separuh hati kita seolah
tercabik ikut pergi. Kautanyakan pada ibu kau, itulah yang dia rasakan saat
bapak kau dibelah dadanya, diambil jantungnya dan pergi selamanya. Tapi kau
masih memiliki separuh hati yang tersisa, bukan? Maka jangan ikut merusaknya
pula. Itulah yang kau punya sekarang.”
“Sudahlah,
mari kita habiskan teh saja, Borno. Urusan perasaan bisa menunggu kapan-kapan,
tapi urusan teh, tidak bisa. Sebentar lagi dingin, terlanjur tidak nikmat. Kau
tahu, terkadang orang-orang bernasib sama seperti kau ini bahkan tidak mengerti
kalimatku tadi.”
“Tentu
ada, Borno. Tentu ada. Tapi aku akan membiarkan kau sendiri yang akan menulis
cerita hebat itu. Untuk orang-orang seperti kau, yang jujur atas kehidupan,
bekerja keras, dan sederhana, maka definisi cinta sejati akan mengambil bentuk
yang amat berbeda, amat menakjubkan.”
“Separuh
hatiku kuyu mengakui, bagaimana aku mengusirnya jauh-jauh? Perasaan itu mekar
begitu saja di hati, tidak kusemai bibitnya.”
“Aku bukan
seperti Pak Tua yang bijak. Aku juga tidak seperti almarhum Bapak yang pahit
getir di akhir hidupnya tetap memiliki kebaikan. Aku sekadar Borno, anak muda
usia dua puluh dua, tidak berpendidikan tinggi, hanya pengemudi sepit. Apa lagi
yang bisa kupikirkan selain sedih, ragu-ragu, bingung, dan entahlah. Kejadian
mengantar Mei tadi mempengaruhiku banyak. Membuatku berpikir ulang, menata
hati, hingga lelah, lalu jatuh tertidur.”
“Pak Tua
selalu benar. Kalaupun dia keliru, atau kenyataannya berbeda dari yang dia
tebak, itu biasanya karena kenyataan itu datang terlambat.”
“Aku punya
banyak rencana, Pak Tua. Bukankah Pak Tua sendiri yang pernah bilang, terkadang
dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang,
sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan?”
“Ibu,
usiaku dua puluh dua, selama ini tidak ada yang mengajariku tentang perasaan-perasaan,
tentang salah paham, tentang kecemasan, tentang bercakap dengan seseorang yang
kaukagumi. Tapi sore ini, meski dengan menyisakan banyak pertanyaan, aku tahu,
ada momen penting dalam hidup kita ketika kau merasa ada sesuatu yang terjadi
di hati. Sesuatu yang tidak pernah bisa dijelaskan. Sayangnya, sore itu juga
menjadi sore perpisahanku, persis ketika perasaan itu mulai muncul
kecambahnya.”
“Amboi,
kalian tahu? Rasa sedih melihat teman baik menangis ternyata bisa berubah
menjadi semangat menggebu tiada tara. Rasa pilu melihat teman baik teraniaya,
bahkan konon bisa mengubah seorang pengecut menjadi panglima perang.”
“Aku
berjanji akan selalu mencintai kau, Mei. Bahkan, walau aku telah membaca surat
dalam angpau merah itu ribuan kali, tahu masa lalu yang menyakitkan, itu tidak
akan mengubah apapun.”
“Minggu-minggu
terakhir ini membingungkan. Bahkan sebenarnya, sejak pertama kali kita bertemu
di atas sepit, semua sudah rumit.”
“Berjanjilah
Abang, hingga hari itu tiba, baik atau buruk akhirnya, sesuai atau tidak sesuai
dengan harapan, Abang Borno akan terus melanjutkan hari-hari, terus menjadi
bujang dengan hati paling lurus di sepanjang tepian Kapuas.”
“Jangan
sekali-kali kau biarkan prasangka jelak, negatif, buruk, apalah namanya itu
muncul di hati kau. Dalam urusan ini, selalulah berprasangka positif. Selalulah
berharap yang terbaik. Karena dengan berprasangka baik saja, hati kau masih
ketar-ketir memendam duga, menyusun harap, apalagi dengan prasangka negatif,
tambah kusut lagi perasaan kau. Aku tahu kau kecewa, Borno, tetapi jangan
biarkan terlalu. Aku tahu kau sedih, tapi jangan biarkan menganga dalam. Esok
lusa boleh jadi ada penjelasan yang lebih baik. Bersabarlah, kau paham?”
"Berasumsi dengan perasaan , sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik. padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu. menyakitkan."
"Cinta adalah perbuatan. kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong."
"Hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung. dan dikejap berikutnya harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang."
"Hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung. dan dikejap berikutnya harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar